Esai Yos Sudarso – Kelompok 2

Yos Sudarso

Komodor Yosaphat Soedarso, lebih dikenal sebagai Yos Sudarso, lahir di Salatiga pada 24 November 1925 dari pasangan Sukarno Darmoprawiro, seorang polisi, dan Mariyam, seorang ibu rumah tangga yang sebelumnya membatik. Beliau dikenal akan kontribusinya terhadap Angkatan Laut Rakyat Indonesia (ALRI), terutama dalam Pertempuran Laut Aru. Yos dikenal sebagai sosok yang berjiwa ksatria, penuh dedikasi, dan setia kepada bangsa. 


Dalam esai ini, kita akan mendalami nilai-nilai Vinsensian yang patut dicontoh dari riwayat hidup Yos Sudarso. 


Sejak kecil, Yos dididik dalam kesederhanaan dan kemandirian. Ini merupakan sebuah prinsip yang membentuk kepribadiannya menjadi sosok yang tangguh dan bertanggung jawab. Nilai ini selaras dengan kebenaran Tuhan yang terdapat dalam ayat Filipi 4:11b, “Sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.” Melalui ayat ini, Tuhan mengingatkan anak-anak-Nya untuk menghindari sifat ketamakan dan keserakahan hidup sebagai cara untuk menemukan kepuasan dalam persekutuan dengan Tuhan. Ajaran ini berlawanan dengan pandangan dunia yang mengejar kepuasan secara materi. Sebagai anak Tuhan, kita perlu mencintai Tuhan lebih dari segala kemewahan. Sebab, hanya Tuhanlah yang dapat mengisi kekosongan dalam hati dan menjadikan kita pribadi yang utuh.


Selama menjalani kehidupannya, Yos Sudarso tidak pernah memberontak terhadap didikan ayahnya yang tegas dan disiplin. Ayahnya selalu mengajari Yos untuk menggandeng tangan adiknya setiap berangkat ke sekolah. Tugas sederhana itu dilakukannya dengan penuh kesetiaan. Walaupun terdengar sederhana, tindakan ini mencerminkan ajaran Tuhan Yesus dalam Lukas 16:10 yang mengatakan, “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.” Melalui ayat ini, Firman Tuhan mengajarkan kepada kita untuk bertanggung jawab atas segala hal yang telah dipercayakan kepada kita. 


Di bangku HIS (sekolah pendidikan dasar), Yos mulai bersentuhan dengan iman Katolik dan dibaptis bersama adiknya. Sejak itu ia aktif membantu pastor di Gereja Santa Maria de Fatima, Salatiga. Pelayanan Yos dalam Gereja sesuai dengan nilai keutamaan Vinsensius yakni Mortificatio (Matiraga). Seperti Vinsensius, hati Yos tergerak untuk membawa jiwa-jiwa masuk dalam persekutuan dengan Yesus. Meskipun bukan dalam kapasitas seorang pastor ataupun romo, teladan Yos mengajarkan kepada kita bahwa semua orang dapat mengambil bagian dalam karya keselamatan Yesus. Oleh karena itu, sebagai anak muda, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak melayani Tuhan dalam Gereja. ganti saat yos sudarso mengorbankan diri agar temannya bisa kabur


Setelah menyelesaikan sekolah pendidikan dasar, Yos melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) di Semarang. Kekalahan Belanda membuat Jepang datang untuk menjajah Indonesia sehingga Yos hanya dapat menempuh pendidikannya di MULO selama lima bulan. Kemudian, Yos Sudarso kembali ke kampung halamannya dan melanjutkan pendidikannya di sekolah guru, Salatiga. Selanjutnya, ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya dengan masuk ke Sekolah Tinggi Pelayaran di Semarang. Yos Sudarso menempuh pendidikan setahun di Goo Osamu Butai dan lulus sebagai lulusan terbaik.


Pada akhirnya, terbukti bahwa jerih payah beliau tidak sia-sia. Setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, ia bergabung dengan BKR Laut yang kemudian menjadi ALRI, sering ikut operasi militer meski armada laut Indonesia masih terbatas. Bahkan, beliau sempat menduduki posisi strategis sebagai Deputi Operasi Kepala Staf Angkatan Laut, yang menjadikannya orang kedua tertinggi di tubuh ALRI. 


Setelah dipercaya kedudukan yang tinggi, Yos tetap dikenal sebagai sosok yang sederhana dan tidak pernah menggunakan jabatan untuk kepentingan pribadi. Sikap integritas inilah yang diajarkan oleh Santo Vinsensius dalam nilai Simplicitas (Kesederhanaan). Simplicitas atau kesederhanaan berarti memiliki satu intensi tunggal yakni untuk melakukan kehendak Allah. Dalam perjalanan hidup Yos Sudarso, rencana Allah nyata melalui panggilannya untuk mengabdi kepada bangsa, bukan mengejar kepentingan pribadi. Bahkan ketika pemerintah menghimbau agar para perwira Angkatan Laut memperbarui seragam dan atribut, Yos menolak melakukannya karena merasa hal itu bukan prioritas. Hal ini menunjukkan betapa besar tekadnya menempatkan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi maupun keluarganya.


Dedikasi Yos terhadap bangsa tidak hanya tercermin dari jabatan yang diembannya, melainkan juga dari sikap kepemimpinannya yang selalu berlandaskan keberanian dan kerendahan hati. Dalam setiap pertempuran, ia tidak pernah mengedepankan dirinya sendiri. Meskipun menduduki posisi Deputi Operasi Kepala Staf Angkatan Laut yang menjadikannya orang kedua tertinggi di tubuh ALRI, Ia selalu menempatkan kepentingan bangsa dan anak buah di atas kepentingan pribadinya. Sikap rendah hati inilah yang diajarkan oleh Santo Vinsensius dalam nilai Humilitas (Kerendahan hati). Dengan memiliki kerendahan hati, kita mengakui kebesaran Tuhan di atas segala keterbatasan yang kita miliki. Sikap rendah hati ini juga diajarkan oleh Yesus yang berkata, “Belajarlah padaku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Matius 11:29). Oleh karena itu, sebagai pengikut Kristus, sudah seharusnya kita mengadopsi sikap ini dalam kehidupan sehari-hari. 


Keberanian yang ditunjukkan Yos Sudarso ketika menghadapi armada Belanda di Laut Arafuru pada tahun 1962 menjadi puncak pengorbanannya. Dalam kondisi kritis ketika tembakan Belanda terus menghujani, Yos Soedarso membuat keputusan heroik dengan memerintahkan dua kapal lainnya untuk mundur agar selamat, sementara kapal yang dipimpinnya tetap maju menjadi tameng. Tindakan ini sejalan dengan semangat Zelus Animarum (Kerelaan untuk menyelamatkan jiwa-jiwa), dimana ia rela menyerahkan nyawanya demi orang lain. Sadar atau tidak, kita pun dipanggil untuk menyelamatkan sesama. Tidak hanya dalam peperangan fisik, tetapi juga peperangan rohani. Sebagai anak Tuhan, sudah seharusnya kita ikut dalam peperangan ini dan menjadi mitra Tuhan dalam menyelamatkan jiwa-jiwa melalui penginjilan. Hal ini sesuai dengan Amanat Agung yang diberikan oleh Yesus sebelum Ia naik ke Surga (Matius 28:18-20). 


Markus 12:17 ”Berikanlah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” Yos hingga akhir hidupnya taat dan setia dalam menjalani tugasnya bagi negara.


Anggota:

Judah Faith Lemuel Susanto XII-C2/20
Justin Sugandho Wong XII-C2/21
Madeleine Phoebe Trixie XII-C2/26
Michelle Jen XII-C2/29
Natasha Miracle Alamsyah XII-C2/31
Vania Petrina Pudji XII-C2/38
Willibrordus Dean Ardiyanto XII-C2/39

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *