
Pro Ecclesia et Patria, Demi Negara dan Gereja
Semasa hidupnya, Franciscus Xaverius Seda telah mengantongi banyak sekali pencapaian di berbagai bidang. Beliau adalah seorang Katolik taat dan tidak membatasi pelayanannya dalam lingkup agama, namun juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekalipun lahir di keluarga yang sederhana, semangatnya dalam menimba ilmu tak kenal lelah. Ilmu yang beliau dapatkan semasa belajar di luar negeri didedikasikan untuk membantu Indonesia, khususnya di bidang ekonomi.
Pada era reformasi, Frans Seda berperan sebagai teknokrat dan penasihat ekonomi-politik yang menciptakan disiplin anggaran, yaitu fondasi anggaran ekonomi Indonesia. Disiplin anggaran merupakan penerapan penghematan dan efisiensi dalam pengelolaan keuangan negara untuk membantu pemulihan ekonomi pascakrisis 1998 dan mendukung proses transisi demokrasi di era reformasi serta menjaga kestabilitasan ekonomi Indonesia hingga saat ini. Frans Seda ikut merancang langkah teknis penyehatan ekonomi bersama tim teknokrat, tetapi tetap menekankan agar kebijakan fiskal nantinya tidak mengorbankan kesejahteraan rakyat kecil. Tak hanya itu, beliau juga sempat menjabat sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perkebunan, Menteri Perhubungan dan Menteri Pariwisata, serta memegang beragam jabatan politik lainnya. Dalam setiap jabatan yang pernah didudukinya, mulai dari Menteri Keuangan hingga Menteri Perhubungan, beliau dikenal sebagai pejabat yang bersih dan tegas membedakan antara milik pribadi dan milik negara.
Emil Salim, sahabat sekaligus rekan kerjanya, pernah menegaskan bahwa selama Frans Seda mengelola dana besar negara, tidak pernah muncul isu penyalahgunaan dana negara. Hal ini membuktikan konsistensinya dalam menjaga kepercayaan rakyat. Selain itu, beliau adalah sosok yang pekerja keras dan sederhana. Meskipun pernah memegang jabatan penting di pemerintahan, Frans Seda tetap dikenal sebagai sosok rendah hati, tidak tergoda oleh kekuasaan, dan bahkan menempatkan dirinya sebagai pribadi yang memberi dampak nyata.
Kepemimpinannya yang bijaksana terlihat dari pilihannya untuk lebih menekankan pembangunan manusia melalui pendidikan daripada sekadar membangun infrastruktur fisik. Hal ini dibuktikan dengan perannya sebagai pendiri Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya. Pada tahun 1965–1966, Indonesia mengalami krisis ekonomi besar dengan laju inflasi yang sangat tinggi. Saat itu, Frans Seda berhasil menurunkan inflasi dari 650 persen menjadi 112 persen dengan menerapkan kesatuan penganggaran pemerintah yang menggunakan model anggaran penerimaan dan belanja yang berimbang. Arah kebijakan yang sebelumnya mengandalkan pencetakan uang untuk menutup defisit diubah olehnya menjadi sistem anggaran berimbang yang disesuaikan dengan penerimaan negara. Pada saat itu, Frans Seda menyusun anggaran yang menyesuaikan antara pengeluaran rutin dan anggaran pembangunan. Selain itu, beliau melakukan penyesuaian harga bahan bakar minyak untuk mengendalikan hiperinflasi yang terjadi. Beliau juga mendukung Undang-Undang Antimonopoli saat dihapusnya monopoli Bulog, kecuali untuk komoditi beras.
Semangat nasionalisme dan rasa cintanya pada bangsa juga patut diteladani. Frans Seda selalu menekankan pentingnya menjaga keutuhan NKRI, memegang nilai-nilai Pancasila, serta memperjuangkan kemandirian ekonomi. Hal ini dilakukan agar Indonesia bisa sejajar dengan negara lain tanpa bergantung pada negara lain dalam hal kemandirian ekonomi. Ia konsisten mengabdi dari era Soekarno hingga Megawati. Ia juga menunjukkan keberanian dan komitmennya terhadap nilai kebangsaan, bukan semata-mata terhadap kepentingan politik.
Dalam hidupnya, Frans Seda menghidupi nilai Pro Ecclesia et Patria, yang berarti “Demi Negara dan Gereja”. Keteladanan yang telah beliau tunjukkan semasa hidupnya sejatinya merupakan cerminan dari nilai-nilai kitab suci dan Vinsensian dalam ajaran Katolik. Dalam berpolitik, beliau mengedepankan Salus Populi Suprema Lex (Kesejahteraan Rakyat adalah Hukum Tertinggi). Sesuai dengan Amsal 12: 22 tentang kejujuran, Frans Seda tidak pernah menggunakan jabatannya untuk memperkaya dirinya, melainkan dengan jujur mengabdi pada masyarakat. Hal ini juga sesuai dengan nilai kesederhanaan. Dunia politik adalah tempat bagi para pejabat untuk berebut kekuasaan. Idealnya, politik dijalankan demi kepentingan rakyat, namun dunia politik seringnya diwarnai oleh tindakan-tindakan kecurangan. Frans Seda menunjukkan bahwa integritas tetap bisa dijunjung dalam dunia politik. Ia mengambil keputusan dengan transparan, berani memegang prinsip meski tidak populer. Beliau dihormati karena kejujurannya. Kepercayaan berbagai pihak dan narasumber kepada Frans Seda menjadi bukti nyata kejujurannya. Selama bekerja pun beliau tidak lupa untuk membela keadilan, terutama bagi yang miskin dan terpinggirkan. Hal ini mencerminkan komitmen pada keadilan untuk dapat menyejahterakan semua orang bukan hanya golongan tertentu.
Perjalanan karier Frans Seda diwarnai oleh prinsip hidup yang selalu dibawanya ke mana pun beliau pergi yaitu “Berdoa, bertapa, dan bekerja keras”. Frans Seda sangat mengedepankan hidup bermatiraga. Beliau percaya bahwa dengan prinsip hidup ini perjalanan hidupnya akan membawa berkat bagi orang lain dan dirinya. Dalam kegiatan menekan inflasi pun, terlihat dengan jelas adanya keseimbangan akal budi dan moralitas yang dimiliki oleh Frans Seda. Tidak hanya bijaksana, tetapi juga kelembutan hatinya pun ikut menggerakkannya. Frans Seda melihat fakta bahwa masih ada kaum miskin dan terpinggirkan yang masih harus diperhatikan dan dilayani. Setiap keputusan yang beliau ambil selalu dipertimbangkan dengan moral dan tindakan belas kasih.
Selama Frans Seda berkarya dalam dunia politik, beliau bertumbuh menjadi pribadi yang peduli pada sesama. Salah satunya dengan cara mendirikan Universitas Katolik Atma Jaya yang bertujuan untuk mencerdaskan anak bangsa. Beliau percaya bahwa pendidikan adalah sarana untuk mengangkat martabat manusia. Penulis kitab Amsal mengatakan, “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka sampai ia tua pun tidak akan menyimpang dari pada jalan itu” (Amsal 22: 6). Selama hidupnya, Frans Seda tidak fokus pada kepentingan hidupnya sendiri. Keputusan beliau untuk mendirikan universitasnya dilandasi dengan pertimbangan Indonesia baru merdeka dan membutuhkan sumber daya manusia yang unggul. Melalui pendidikan yang tinggi, Frans Seda berharap generasi muda dibekali ilmu, keterampilan, dan wawasan luas untuk membangun negara. Secara tidak langsung, beliau telah menyelamatkan jiwa-jiwa.
Selain itu, Frans Seda melihat pentingnya adanya kegiatan dialog, toleransi, dan perdamaian antarumat beragama di tengah bangsa yang majemuk ini. Semangatnya sesuai dengan ajaran Yesus untuk membawa damai di mana pun berada. Frans Seda juga aktif dalam kegiatan mendampingi Paus Paulus VI (1970) dan Paus Yohanes Paulus (1989) saat berkunjung ke Indonesia.
Karya-karya Frans Seda dalam hal politik, ekonomi, dan pendidikan tak terhitung jumlahnya. Namun, hal itu tidak membuatnya bermegah diri maupun berpuas diri. Beliau tetap menyadari bahwa setiap manusia adalah sama, yaitu segambar dan serupa dengan Allah. Menurut beliau tidak ada kasta sosial yang dapat memisahkan antarindividu.
Kegigihan dan kerendahan hati Frans Seda telah membangun Indonesia. Perjalanan hidupnya merupakan bukti bahwa dalam membangun bangsa diperlukan integritas, kerja keras, sikap bijaksana, dan tulus hati dalam mengabdi dan menyejahterakan rakyat.
Caylin Claire / XII-C2 / 07
Halim Putra Widjaja / XII-C2 / 14
Jaylin Gozali / XII-C2 / 17
Leonard Auryn Halim / XII-C2 / 25
Maria Abigail Sejati / XII-C2 / 27
Mori Gunawan / XII-C2 / 30
Scarlett Gloria Thediono / XII-C2 / 35