Artikel Frans Seda – Kelompok 4

Meneladani Frans Seda di Tengah Krisis Bangsa

Dalam sejarah bangsa Indonesia, Frans Seda dikenal sebagai salah satu tokoh yang inspiratif. Beliau adalah seorang yang memegang teguh integritas, kejujuran, dan pengabdian kepada rakyat. Kisah hidupnya menunjukkan bahwa Frans Seda adalah contoh nyata dari seorang pemimpin yang mengedepankan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi. Pada kala itu, persoalan yang dihadapi beliau sudah tak terhitung jari. Pertentangan terkait ekonomi dan sosial yang bermunculan tak main-main. Namun, beliau berhasil menghadapi segala permasalahan tersebut dengan baik. Melihat kondisi bangsa Indonesia saat ini, sosok seperti Frans Seda yang tepat dibutuhkan bagi bangsa kita. 

Indonesia kini dipenuhi oleh berbagai isu politik dan ekonomi. Ketidakstabilan moneter, kemiskinan ekstrem, dan aksi demo masyarakat adalah tiga contoh dari banyaknya isu di Indonesia. Kondisi Indonesia saat ini memang tidak baik-baik saja. Inflasi yang sedang terjadi di masa kini berimbas langsung pada harga-harga bahan pokok sehingga terjadi kenaikan yang cukup tinggi. Sementara itu, kenaikan harga bahan pokok tidak diimbangi dengan peningkatan pendapatan masyarakat secara merata, terutama masyarakat kelas menengah ke bawah. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan angka kemiskinan berpotensi untuk terus meningkat. Situasi yang cukup menegangkan ini hanya bisa diambil alih oleh seorang pemimpin yang memiliki kepekaan sosial dan keberanian untuk mengambil langkah strategis yang berpihak pada keadilan untuk semua rakyat, sesuai dengan sila kelima Pancasila yang berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”


Selain krisis ekonomi, Indonesia juga menghadapi persoalan berat terkait politik. Belakangan ini, aksi demo besar-besaran telah dilakukan oleh massa di berbagai daerah. Latar belakang di balik aksi demonstrasi adalah ketidakpuasan masyarakat terhadap kebijakan ekonomi yang dinilai tidak pro-rakyat, seperti kenaikan pajak dan peningkatan gaji pejabat legislatif di tengah situasi ekonomi yang sulit. Ironisnya, saat masyarakat berjuang memenuhi kebutuhan dasar, diluncurkan kebijakan baru yang justru dinilai kurang memiliki empati dan tidak menunjukkan keteladanan moral yang seharusnya melekat pada seorang pejabat publik. Kemarahan publik yang tak lagi terpendam memicu berbagai aksi anarkis. 


Amsal 29: 2 menyatakan, “Apabila orang benar berkuasa, bersukacitalah rakyat; tetapi apabila orang fasik memerintah, berkeluh kesahlah rakyat.” Frans Seda adalah cerminan dari ayat tersebut, pemimpin yang memprioritaskan rakyat di atas dirinya sendiri. Pada masa pemerintahannya, baik sebagai Menteri Keuangan, Menteri Perhubungan dan Pariwisata, maupun Menteri Perkebunan dan Pertanian, Frans Seda tidak pernah dikritik oleh rakyat. Beliau justru mendapat julukan sebagai “Si Penekan Inflasi RI”, bahkan sebagai “Pahlawan Nasional”. 


Frans Seda juga merupakan pemimpin yang transformasional, seperti yang dinyatakan dalam teori kepemimpinan transformasional James MacGregor Burns di mana pemimpin dan pengikut dapat saling memotivasi dan meningkatkan moralitas demi mencapai tujuan yang lebih tinggi daripada sekadar fokus pada pertukaran imbalan. Saat menjabat sebagai Menteri Keuangan, Frans Seda menerapkan prinsip balanced budget atau anggaran berimbang sebagai upaya menjaga disiplin fiskal negara. Prinsip ini bukan hanya berfungsi untuk mengendalikan inflasi, tetapi juga menjadi mekanisme agar anggaran negara tidak disalahgunakan. Selama memegang jabatan publik, tidak pernah tercatat adanya skandal korupsi yang melibatkan dirinya, sebuah bukti nyata dari integritas dan kejujurannya. 


Selain itu, dalam kiprahnya di Partai Katolik, Frans Seda selalu menunjukkan sikap menjunjung tinggi aturan demokrasi. Beliau menempatkan partai politik sebagai sarana perjuangan rakyat, bukan alat untuk kepentingan pribadi, sehingga menjadikan dirinya teladan dalam praktik politik yang bersih dan bermartabat. Integritas, keadilan, dan kesederhanaan Frans Seda dalam menjalankan jabatannya tanpa menyalahgunakan kekuasaan sejalan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 27 ayat 1, “Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.”  


Tak berhenti di bidang politik, Frans Seda juga berkontribusi terhadap pembangunan Universitas Katolik Atma Jaya, mewujudkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 31 ayat 1,  “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.” Secara spesifik, beliau mendirikan Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya sekaligus menjadi rektor pertama untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dengan demikian, Frans Seda berperan penting dalam bidang pendidikan melalui keterlibatannya dalam mendirikan salah satu perguruan tinggi Katolik terkemuka dan termasuk salah satu universitas Katolik pertama di Indonesia, setelah Universitas Katolik Parahyangan di Bandung. Perannya tersebut menunjukkan komitmen Frans Seda terhadap pendidikan berbasis nilai Katolik yang menekankan integritas, solidaritas, serta pengabdian bagi masyarakat luas.


Dalam kehidupan sehari-hari, Frans Seda telah menjadi teladan bagi kita semua untuk mengimplementasikan nilai-nilai kejujuran, kelembutan hati, kerja keras, dan keadilan. Sebagai seorang pelajar, nilai-nilai ini sangat relevan dan dapat dipraktikkan dengan cara bersikap jujur saat ulangan dan dalam bekerja di organisasi. Menjadi seorang pelajar juga tidak lepas dari tanggung jawab sosial yang dilandasi kelembutan hati seperti menjadi relawan di suatu organisasi bidang sosial, sigap membantu teman tanpa mengharapkan imbalan, dan mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi. Selain itu, kita juga harus tulus dalam mengerjakan sesuatu dengan penuh kerja keras tidak semata untuk kepentingan pribadi, namun untuk kepentingan bersama. Terakhir dan tidak kalah pentingnya, sama seperti Frans Seda memperlakukan seluruh rakyatnya tanpa memandang bulu, kita juga harus berlaku adil kepada semua orang, saling menghargai, menghormati, dan mengembangkan sikap toleransi antarsesama.



Caylin Claire / XII-C2 / 07
Halim Putra Widjaja / XII-C2 / 14
Jaylin Gozali / XII-C2 / 17
Leonard Auryn Halim / XII-C2 / 25
Maria Abigail Sejati / XII-C2 / 27
Mori Gunawan / XII-C2 / 30
Scarlett Gloria Thediono / XII-C2 / 35

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *